Hari ini 26 Februari 2022, sembari menunggu senja menguning, saya bercengkerama dengan ibu di teras rumah. Memandang lalu lalang kendaraan menuju mal
Hari ini 26 Februari 2022, sembari menunggu senja menguning, saya bercengkerama dengan ibu di teras rumah. Memandang lalu lalang kendaraan menuju malam minggu. Hingga sebuah pertanyaan terlontar dari mulut ibu,
Ibu : “Sesuk tanggal 12 acarane sidho le?”
Saya : “Sidho kayake.”
Ibu : “Mbah Carik wes meninggal ki wes bedo rasane gek.”
Saya : “Lha jaluk dioleh-olehi opo?”
Ibu : “Lha kono ki khas e opo selain jadah?”
Saya : “Kana ki sate kelinci.”
Ibu : “Yo rapopo, ibu durung tau ngrasakke.”
Mendengar jawaban itu pun hati serasa tersayat. Ketika ke Kaliurang bersama seseorang, selalu mencoba sesuatu yang baru, entah itu jadah tempe dan yang terakhir sate kelinci. Dan bodohnya, jajan sate kelinci itu pernah ku ceritakan ke ibuku. Padahal ternyata ibu belum pernah merasakannya. Entah adakah pikiran yang berkecamuk di kepala ibuku kala itu.
Sebagai seorang kekasih kita memang wajib memberikan yang terbaik kepada kekasih kita, entah bagaimana jalan akhirnya. Rekahan senyumnya selalu kita harapkan setiap berjumpa dengannya. Bergandengan tangan menyusuri setiap jalan mengukir kenangan, berharap kenangan akan terukir pada setiap jengkal jalan itu.
Namun kadang kita lupa bahwa ada dua orang yang begitu mengasihi kita menantikan kepulangan kita dengan keceriaan kita. Yang setia menanti cerita kita bersama kekasih kita. Sebuah kenangan yang akan terukir ketika mereka sudah tiada. Sebuah kenangan yang akan menyayat hati kita, bagaimana kita mengusahakan yang terbaik untuk kekasih kita, namun kita melupakan mereka yang senantiasa menanti kita dengan setia di rumah. Yang selalu mendoakan kita agar selamat.
Entah apakah bapak yang sudah berada di alam sana sudah pernah merasakan setusuk sate kelinci atau belum. Hanya sesal yang tersisa yang tak mampu memberikan jawabannya. Andaikan waktu dapat kuputar….