Mitigasi Bencana Alam Untuk Mengurangi Dampak (gambar : TheMetalMann/pixabay) Awan Panas Guguran yang terjadi di Gunung Semeru pada tanggal 4 Dese
![Mitigasi Bencana Alam Untuk Mengurangi Dampak 1 Mitigasi Bencana Alam Untuk Mengurangi Dampak](https://mbahradi.id/wp-content/uploads/2021/12/outdoor-g0a5ef2ba0_1920.jpg)
Awan Panas Guguran yang terjadi di Gunung Semeru pada tanggal 4 Desember 2021 telah mengguncang Indonesia. Sore hari berubah menjadi gelap gulita disekitaran Gunung Semeru. Warga berlarian karena tak mengira Semeru akan memuntahkan abu vulkanik kala itu. Dalam kejadian tersebut nampak mitigasi bencana belum dipahami oleh warga disekitar kawasan rawan bencana.
Kejadian tersebut mirip dengan apa yang terjadi pada 2010, dimana Gunung Merapi memuntahkan abu vulkaniknya. Waktu itu letusan Merapi tidak seperti biasanya, Gunung Merapi yang biasanya efusif kala itu menjadi eksplosif dan memakan banyak korban jiwa. Termasuk juru kunci Merapi waktu itu, mbah Marijan.
Dari kedua kejadian di Gunung Merapi (2010) dan Gunung Semeru (2021), mungkin juga bisa ditambahkan Gunung Kelud (2014) kita dapat banyak belajar, salah satunya adalah mitigasi bencana. Mitigasi Bencana sendiri menurut KBBI adalah tindakan mengurangi dampak bencana. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mengurangi dampak bencana tersebut?
Preparedness dan Mitigasi Bencana
Kita mungkin akan sangat sulit untuk mengurangi dampak bencana secara luas, namun kita dapat mengurangi dampak bencana yang dapat terjadi pada diri kita. Tindakan tersebut berupa kesiapsiagaan kita ketika bencana itu datang. Kita tidak akan tahu kapan bencana itu akan datang, maka dari itu persiapan sangat diperlukan untuk mencapai pengurangan dampak bencana bagi kita sendiri.
Persiapan tersebut dapat mencakup banyak hal antara lain Fisik, Mental, Logistik, dan Transportasi apabila diperlukan.
Persiapan Fisik dan Mental
Ketika kita melakukan upaya mitigasi bencana, kita harus melihat kemungkinan bahaya bencana apa yang akan datang. Apakah itu tanah longsor, banjir, erupsi gunung berapi, tsunami, atau bencana lain yang dimungkinkan terjadi di sekitar kita. Identifikasi dapat dilakukan sendiri dengan melakukan pengamatan lapangan maupun berdasarkan sejarah di masa lalu, atau juga bisa berkoordinasi dengan pihak dari Penanggulanganan Bencana Daerah atau BPBD setempat.
Setelah dilakukan identifikasi bahaya bencana tersebut, maka kita perlu juga melakukan pemetaan escape point, escape route dan destinasi / barak pengungsian yang telah direncanakan atau ditetapkan oleh Penanggulangan Bencana Daerah atau tempat yang berdasarkan mitigasi bencana kita merupakan daerah bebas dari ancaman bencana tersebut.
Escape Point, adalah jalur dimana ketika bencana itu datang kita akan keluar dari rumah lewat mana dan ke arah mana. Berdasarkan kejadian gempa bumi 2006 di bantul, ada seseorang yang penulis kenal menyarankan pintu yang berfungsi sebagai jalan penyelamatan utama untuk tidak dikunci namun dapat diganti dengan kunci slot. Hal tersebut dikarenakan ketika gempa besar terjadi akan membuat kita panik dan kesulitan memasukkan kunci pintu, selain itu ada kemungkinan kunci macet sebagai dampak goncangan yang merusak mekanisme kerja kunci pintu.
Escape Route, apabila bencana tersebut terjadi, ke arah mana dan melalui rute mana kita akan bergerak menuju titik pengungsian atau daerah aman dari ancaman bencana. Yang perlu diperhatikan terhadap pemilihan rute tersebut antara lain tingkat kerusakan jalan dan kemungkinan traffic yang akan dihasilkan, apakah jalan tersebut akan mampu menampung kendaraan yang diperkirakan akan lewat jalan tersebut. Selain itu, rute pengungsian diharapkan tidak mengganggu jalur bagi para relawan yang akan naik ke arah bencana terjadi.
Selain hal tersebut juga perlu diperhatikan mengenai transportasi yang akan kita pergunakan. Pengecekan berkala diperlukan terlebih ketika tanda-tanda bencana tersebut sudah mulai muncul. Catatan yang paling penting adalah selalu hadapkan kendaraan kita kearah exit route atau menuju jalan keluar. Selain kondisi moda transportasi, kita juga perlu menyiapkan “seperangkat alat minggat”. Seperangkat alat minggat yang dimaksud disini adalah perkiraan kebutuhan yang dibutuhkan apabila suatu bencana tersebut terjadi, dan semua kebutuhan tersebut ditempatkan pada satu wadah yang mudah untuk dibawa.
Baca Juga :
Seperangkat Alat Minggat Bencana Erupsi Gunung Berapi
Seperangkat Alat Minggat Bencana Banjir dan Tsunami
Seperangkat Alat Minggat Bencana Gempa Bumi
Seperangkat Alat Minggat Bencana Tanah Longsor
Setelah semuanya sudah dipersiapkan, maka yang paling penting adalah melatih mental kita dalam menghadapi sebuah bencana. Ketakutan adalah hal yang manusiawi yang melekat pada setiap manusia, bahkan pada diri relawan yang melaksanakan tugasnya dikala bencana datang. Namun ketenangan dalam menghadapi bencana akan menyelematkan kita sehingga kita dapat berpikir dengan jernih tentang apa yang akan kita lakukan.